Pernahkan kau mendengar cerita
bulan? Bulan berputar tapi tak bisa menari. Satu-satunya yang bundar dan bisa
menari adalah bola matamu. Bulan bukan bola pada malam matamu. Maka janganlah
kau menertawakan bulan yang sendirian sementara matamu masih sepasang. Bulan tak
bisa menangis.
Minggu, 03 Mei 2015
Dua Sajak yang Dipisahkan Waktu Tidur
Sajak
sebelum tidur
00:30 senin, 28 Oktober 2013
Langit tersedu
menyibakkan segala sesaknya, andai ku bisa sepertinya. Hujan yang membaringkan
dirinya secara paksa di atap rumah mungkin jadi latar suara yang tepat dari
kesunyian malam ini. Salam penutup sudah jauh meninggalkan 2 jam yang lalu, dan
gadis penikmat sunyi ini masih terjaga.
Kau memang benar
kakak, aku adalah penikmat malam. diriku telah bersahabat baik dengannya, oh
iya pena dan kertas tak pernah ketinggalan meramaikan kami yang sunyi. Dinding
kamar ini adalah pendengar setia dari goresan tiap pena yang kuciptakan. Tapi
aku selalu memohon padanya agar tidak menceritakannya pada siapapun. Maafkan
aku yang membuat mereka terusik.
Kamis, 29 Mei 2014
Bangun Pagi
Wajah sang fajar bersemi
mengetuk pintu jendelaku ketika cahaya senja yang terakhir mengucapkan selamat
tinggal di mimpiku. Pagi mencintai kicauan burung-burung yang bangun lebih pagi
daripada pekerja kantoran yang selalu mengutuk pagi dan kicauan burung-burungnya.
Langit merah perlahan memudar dan menyerah kepada pipi merah milik gadis kecil
yang menunggu dijemput kekasihnya.
Minggu, 29 Desember 2013
Merantau
Tunas tunas harap tumbuh dikepit pamit
Air mata pisah menumbuhkannya sebagai haru
Niat baru belajar membulat
Namun selamat tinggal telah mati berkali kali
Pada Hujan yang Enggan Berhenti
hujan menjelma tangkai
tangkai sajak
serangkai kata, serantai
makna
pada hujan, mereka
membagi bebannya
Jumat, 27 Desember 2013
Selamat Bermimpi
Bintang berdongeng pada anak-anaknya. Perkara langit yang
bertahan dalam hitam dan senyuman manis sang bulan. Juga tentang
manusia-manusia siang yang terlalu sibuk untuk bergurau dengan bintang. Namun tentang gadis pencinta malam itu, ia
gagal mendongengkan kenangan. Kenangan bukan untuk didongengkan,katanya. Dan
bukan untuk dilupakan, imbuhku.
Kenangan itu tentang semua yang telah pergi, juga yang
kembali. Seperti senja, malam, dan mimpi. Tentang senja dan malam,aku tak perlu
mengguruimu untuk mencintai mereka. Mereka adalah ibu dari puisi-puisimu. Namun
tentang mimpi, ia sering pecah dan hancur menemuimu masih mencintai malam.
Langganan:
Komentar (Atom)