Jumat, 27 Desember 2013

Ambigu dan Logika

 dalam lingkupan tembok putih yang mulai memudar
duduk termenung memandang kesunyian
letih,lemah, bersandar pada kesepian
dua sahabat yang aku tidak menyukainya,tapi merekalah yang paling setia

retak disudut kamar ini tersenyum memandangku
seakan menyapa retak serupa didadaku
retak yang beberapa inci lebih besar,dulu
retak yang kini mulai kehilangan tempat disana

semenjak pria peragu ini menjatuhkan pilihan
atau hanya sedang terbuai mimpi sang subuh,aku tak tau
hanya bisikan dari seberang telepon itu yang aku tau
atau pesan singkat yang terbang  membawa sebungkus rindu

selebihnya hanyalah isyarat ambigu kepada logika
dalam bahasa asing yang tak dipahaminya
isyarat yang membuat logika kecil itu bersorak kegirangan
menari nari di pinggir jurang pengharapan

membuatnya jatuh dalam kabut sebuah cerita
atau mungkin sebuah metafora belaka
menunggu terkisah oleh lidah yang kelu
lidah itu menunggu sembari menyingkap tabir kelabu
atau hanya tak tega membuat bunga harap menjadi layu

aku tak tahu cerita ini kemana akan bermuara
biarkan ini semua diatur oleh Sang Maha Sutradara
aku masih disini,berkelahi dengan jarak untuk menembus lorong waktu berdebu
hanya bisa berharap menemui sosok berdiri di ujung lorong itu..............menunggu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar